Selalu ada situasi gegap gempita di dalam menyambut Tahun Baru. Ada kembang api yang membuat langit jadi warna-warni dengan latar belakang gelap pekat. Orang demikian merindukan datangnya Tahun yang Baru itu. Pada sementara orang, Tahun yang Baru selain memuat janji seperti janji menikah, janji akan mendapatkan pekerjaan, janji mendapat beasiswa, Tahun yang Baru juga memuat ancaman. Ada utang yang segera akan jatuh tempo padahal belum tentu ada kemampuan membayar pada saatnya. Ada kewajiban yang harus dibereskan padahal tidak memiliki kesiapan. Tahun Baru lalu terasa menakutkan.
Banyak orang melihat Tahun sebagai deretan hari, minggu dan bulan. Memandang Tahun seperti itu menunjukkan bahwa Sang Waktu dipandang sebagai chronos, yaitu sebagai sebuah deretan terukur dalam detik yang membentuk menit, deretan menit yang membentuk jam, deretan jam yang membentuk hari, lalu membentuk minggu, membentuk bulan dan akhirnya tahun. Lalu ada deretan tahun membentuk decade, membentuk abad, membentuk millennium. Satu tahun merupakan deretan dari hari yang berjumlah 365 atau 366.
Bagi seorang anak kecil, menanti setahun, sama dengan menanti deretan 365 hari, yang bagi mereka bisa setara dengan sepuluh tahun bagi orang dewasa. Terasa lama bagi seorang anak kecil yang bisa membuatnya bosan dan kehilangan kesabaran. Misalnya saja dijanjikan pada seorang anak umur 6 tahun oleh orang tuanya bahwa dia akan dibelikan mainan sepeda bila naik kelas. Baru akan terjadi setahun berikutnya. Betapa lama untuknya. Baginya, sang tahun, sang waktu, sungguh merupakan chronos baginya. Memandang tahun sebagai chormos, sebagai deretan hari, lalu bisa menjadi sangat membosankan dan tidak mengandung harapan.
Kitab Suci mengajak kita untuk menghayati tahun sebagai waktu di dalam pengertian kairos. Kairos adalah waktu yang dipandang dan dihayati sebagai anugerah dan peluang yang diberikan oleh Tuhan dan karenanya harus disyukuri. Bila kita percaya waktu sebagai peluang dan anugerah dari Tuhan, maka kita percaya juga bahwa Tuhan memberikan kita kemampuan untuk menangkap peluang dan menjalani kehidupan. Selain memberikan kemampuan, Tuhan juga memberikan di dalam diri kita kepercayaan bahwa Dialah yang menyelenggarakan kehidupan kita.
Di dalam pemahaman waktu sebagai Kairos, kita lalu bisa menyambut Tahun Baru sebagai peluang yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Kita akan menyadari bahwa Tuhan memberikan kita peluang oleh karena Dia memiliki rencana untuk kehidupan kita. Bila Dia memiliki rencana untuk kehidupan kita, maka Dia pasti akan memelihara hidup kita. Dia kita sapa sebagai ABBA. Sapaan ini menunjukkan bahwa hidup kita berada di dalam perlindunganNya. Karena itu kita tidak takut menjalani kehidupan kita. Kita menjadi penuh gairah dengan kehidupan kita.
Tahun Baru sebagai Kairos benar-benar membuat kita bersukacita. Karena itu kita bersyukur kepada Tuhan untuk anugerah yang telah dilimpahkanNya. Kita lalu mau hidup seturut rencana dan senantiasa melaksanakan kehendakNya sebagai wujud panggilan kita di dalam dunia ini. Tahun Baru lalu menjadi ajakan untuk menjalani hidup dengan penuh komitmen. Kita menyatakan komitmen kita ini melalui sakramen ekaristi yang kita rayakan pada hari pertama Tahun yang Baru. Selamat memasuki Tahun yang Baru.
Pastor John Turing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar